Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih, Wali Mastur Menurunkan Orang-Orang Alim

Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih, dilahirkan di kampung Dukuh Asih desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Mengenai tahun kelahiran dan masa hidup beliau tidak ada sumber tertulis yang dapat dijadikan rujukan. Hanya saja, jika disandingkan dengan masa hidup Syekh Buyut Nur Shomad Cibatur yang merupakan besan beliau, maka masa hidup Syekh Buyut Nur Qiyam dapat diperkirakan sekitar tahun 1722 – 1790.

Nasab dan Silsilah Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih

Seperti halnya tahun kelahiran dan masa hidupnya, penulis juga belum menemukan sumber-sumber rujukan yang valid berkenaan dengan silisilah nasab Syekh Buyut Nur Qiyam ke atasnya. Hanya saja, penulis meyakini bahwa silsilah nasab beliau ke atas merupakan orang-orang alim dan sholeh. Hal ini dapat dilihat dari kedua besan dan menantu beliau yang merupakan tokoh agama yang alim dan sholeh. Kedua besan tersebut adalah Syekh Buyut Nur Shomad Cibatur Leuwimunding yang menikahkan putranya, yakni Syekh Buyut Madinah, dengan putri Syekh Buyut Nur Qiyam yakni Nyai Siti Robe’ah, dan Syekh Buyut Dadi Abdussalam Banada yang menikahkan putranya, yakni Syekh Buyut Harun, kepada putri Syekh Buyut Nur Qiyam, yakni Nyai Siti Asiyah. Sebagaimana lazimnya pertalian pernikahan, seseorang menikahkan putra-putrinya biasanya kepada laki-laki atau wanita yang sekufu’ (sepadan) dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Maka dapat disimpulkan bahwa nasab dan silsilah Syekh Buyut Nur Qiyam ke atas juga merupakan orang-orang alim dan sholeh.

Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih seorang Wali Mastur

Diceritakan oleh Bapak Lastari bin Nyai Murbiyah binti Nyai Qori’ah binti Nyai Marfu’ah binti Syekh Buyut Harun, beliau mengatakan, bahwa berdasarkan cerita dari bapak mertuanya, yakni Bapak Abdul Majid bin Kiai Marjan : Syekh Buyut Nur Qiyam adalah seorang wali mastur (tertutup). Kehidupannya seperti rakyat biasa, bekerja secara serabutan, bergaul dengan masyarakat juga seperti layaknya keadaan masyarakat sekitarnya. Beliau juga tidak memiliki musholla, pesantren, apalagi pondok pesantren. Hidupnya benar-benar menyatu dalam suasana masyarakat ketika itu.

Menurut penuturan Bapak Lastari, nama Nur Qiyam bukan nama sebenarnya.Nur Qiyam adalah sebutan yang diberikan oleh Syekh Buyut Nur Shomad Cibatur saat suatu waktu dalam perjalanan melihat cahaya yang menjulang tinggi yang berasal dari daerah dukuh peundeuy. Saat didekati ternyata cahaya tersebut berasal dari seorang warga masyarakat yang sedang menuai kelapa. Maka Syekh Nur Shomad Cibatur menjuluki orang tersebut nama Nur Qiyam, Nur artinya cahaya dan Qiyam artinya berdiri. Cerita ini juga diutarakan oleh Kyai Fuad Sya’ban, beliau mendapatkan cerita ini dari Almarhum KH. Abdur Rosyad bin Kyai Anshor bin Kyai Safunah bin Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih.

Wallahu a’lam, semua keaslian cerita tersebut dikembalikan kepada Allah SWT.

Putra-Putri Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih

Berbeda dengan nasab dan silsilah ke atas, masa hidup dan riwayat kehidupannya, banyak catatan yang penulis dapatkan dari sesepuh dan dzuriyah Banada berkenaan dengan putra-putri Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih. Sebagaimana dalam catatan Kyai Fu’ad Sya’ban dan KH Muslim Sya’roni, Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih mempunyai beberapa orang putra-putri, yakni :

  1. Nyai Asiyah, beliau menikah dengan Syekh Buyut Madinah bin Syekh Buyut Nur Shomad Cibatur Leuwimunding bin Syekh Faqih Ibrohim Cipager. Dari pernikahannya, banyak menurunkan keturunan yang tersebar di Kecamatan Leuwimunding, Sumberjaya, Cirebon, Surabaya, Banyuwangi dan lain-lain.
  2. Nyai Robeah, menikah dengan syekh Buyut Harun bin Syekh Buyut Dadi Abdussalam Banada. Dari pernikahannya banyak menurunkan keturunan yang tersebar di kecamatan Leuwimunding, Sindangwangi, Rajagaluh, Sumberjaya, kadipaten, Cirebon, surabaya dan lain-lain;
  3. Kyai Safunah, menikah dengan Nyai Khodijah Rimbo Leuwikujang. Kyai Safunah merupkan pendiri Pondok Pesantren Nur Qiyam Dukuh Asih Sekarang;
  4. Kyai Syamsi, belum diketahui nama istri dan anak keturunannya. Dalam catatan hanya disebutkan bahwa beliau mukim di Cikamangi Ligung Majalengka;
  5. Nyai Atiyah, belum diketahui catatan kehidupannya;
  6. Nyai Kaswiyah, belum diketahui catatan kehidupannya;
  7. Nyai Roliyah, belum diketahui catatan kehidupannya, hanya saja data anak keturunanya sudah ada.

Syekh Buyut Nur Qiyam Dukuh Asih wafat sekitar tahun 1790, beliau dimakamkan di komplek pemakaman Cibatur desa Ciparay Leuwimunding. Sedangkan istri beliau dimakamkan di komplek pemakaman Banada Mirat.

Banada, 17 Juni 2020

Penulis,

[Emna Elganavi (H. Nasir bin Kyai Salim bin Kyai Amin bin KH. Manshur bin Syekh Buyut Madinah bin Syekh Buyut Nur Shomad Cibatur]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *